Selasa, 31 Maret 2020

PROSEDUR PENDAFTARAN SISWA BARU ONLINE

6 Alasan Kenapa Kita Harus Rajin Belajar

Belajar mempunyai peranan yang vital bagi hidup seseorang. Pastinya anda sudah tahu dengan istilah ”Hanya keledai dungu yang jatuh pada lubang yang sama”. Jika dicermati sebenarnya istilah ini mau menasehati betapa perlu menuntut ilmu.

Kenapa keledai dungu dapat jatuh pada lubang yang sama? Jawabannya adalah sebab dia tidak belajar lagi pada pengalaman yang sudah dialaminya. Memang tak layak menyamakan manusia yang disebut khalifah dimuka bumi ini dengan keledai, ciptaan sang Khalik yang tidak dianugerahi akal.

Namun, sejatinya yang ada pada keledai dungu tersebut dapat juga terjadi pada manusia. Seringkali kita melihat masih banyak orang yang terjebak dengan permasalahan yang berulang-ulang dialaminya, apakah itu berarti ia selalu jatuh pada lubang yang sama. Namun, perihal ini tidak perlu anda khawatirkan jika anda rajin belajar. Garis Merahnya, belajar itu penting!!

1. Update Dirimu dengan Belajar

Kepercayaan diri bukanlah hal yang dianggap enteng yang boleh dipandang sebelah mata. Orang yang hidupnya percaya diri kebanyakan terhindar dari perilaku sangsi dan percaya terhadap semua yang dilakukan. Kepercayaan diri ini pun nantinya sangat berguna dalam kehidupan sosial.

Kalau anda berkeinginan menjadi orang di antara dari banyak mereka yang percaya diri, sepatutnya belajarlah mulai saat ini. Dengan belajar, maka pastinya jendela ilmu serta pengetahuan kita akan bertambah. Khasanah keilmuan yang semakin bertambah akan berdampak pada kepercayaan diri. Bayangkan kalau anda berada di antara orang yang memperbincangkan bincangan yang kekinian yang tak kita pahami.

Apa yang dapat kita perbuat? beda lagi jika kita selalu belajar agar selalu meng-upgrade pribadi kita serta selalu tahu segala yang terupdate saat ini. Contoh Simpelnya anda bisa membandingkan kualitas anti-virus yang sering di-update dengan yang belum.

Komputer pastinya kewalahan kalau anda tidak memperbarui anti-virusnya karena virus itu sendiri sejatinya di-update. Jadi, bagaimana tidak kita mengabaikan dunia berjalan tanpa anda mengimbanginya melalui cara selalu meng-update diri anda.

2. Cobalah Temukan Sesuatu yang Baru

Kebanyakan orang akan menyenangi sesuatu yang baru jika telah terlalu lama disibukan oleh rutinitas. Sama halnya dengan belajar. Tahu sesuatu yang baru akan menjadikan kita semakin tertantang agar menggali informasi lagi lebih banyak.

Kita akan jadi sadar betapa banyaknya ilmu yang Allah diberikan di muka bumi. Selama ini bisa saja kita kerap menyia-nyiakan akan ilmu yang ada. Coba pikirkan, apa kita sudah tahu saat ini tentang perhewanan, tumbuhan, dan semua tentang alam semesta ini? Padahal mempelajari ilmu bisa menjadi alat dalam bersyukur kepada Allah SWT.

Cobalah cari inspirasi untuk tetap mempelajari sesuatu yang belum ditemukan dari yang anda sudah pelajari sebelumnya. “Makin terasah, makin banyak tahu“. Anda tentunya sepakat dengan jargon tersebut bukan?

3. Belajar Akan Membawa Kita Menuju Kualitas Hidup yang Lebih Baik

Hidup yang berkualitas pastinya bisa diraih dengan ilmu baik itu yang terkait urusan dunia atau akhirat. Anda pasti tahu bahwa salah satu cara mendapat ilmu adalah dengan belajar. Itu merupakan peran yang ke berapa dari belajar.

Ternyata benar-benar rugi seseorang yang pensiun dari belajar padahal agar memperoleh kualitas hidup yang bagus dapat dicapai dengan belajar. Untuk memahami arti peningkatan kualitas hidup melalui belajar, coba perhatikan uraian berikut:

Dikisahkan terdapat dua orang fresh graduate di bidang pendidikan sudah mempunyai pekerjaan. Katakanlah Malik dan Fajar dua-duanya ialah lulusan Sarjana Pendidikan berpredikat Cum Laude. Malik cukup bangga dan cukup berilmu untuk mengajar di suatu Sekolah.

Dia justru melakukan kegiatan mengajar tidak dibarengi berpikir untuk menambah keilmuannya. Sedangkan Fajar yang selalu bersyukur tapi tetap merasa masih haus dengan ilmu yang didapatnya. Dia meneguhkan prinsip untuk tidak cepat puas akan ilmu. Akhirnya dia pun mulai belajar lagi serta menambah kemampuan Bahasa Arab-nya.

Pihak sekolah pun sepakat mempercayakan padanya agar mengelola kelas berstandar internasional dan membagikan kemampuan bahasanya pada murid-muridnya.

Kedua orang di atas ada pada keadaan yang tidak berbeda ketika lulus, tapi semuanya berubah seiring dengan usaha keras Fajar dalam belajar, sedangkan Malik yang cepat puas tidak berpikir untuk belajar lagi.

Akibatnya dapat dilihat, Malik memang hebat dalam mengajar di bidangnya, tapi poin plus ada di Fajar yang berusaha keras untuk kembali menuntut ilmu yang mempermudah pekerjaanya.

4. Belajar Untuk Masa Depan

Anda pastinya sering mendengar slogan bahwa hari ini merupakan mimpi kemarin dan besok adalah mimpi hari ini. Kualitas hidup kita di masa depan sangat ditentukan oleh perencanaan saat ini. Perencanaan tersebut akhirnya akan sempurna melalui proses belajar.

Tak selamanya apa yang kita perbuat saat ini nantinya secara gampang didapatkan hasilnya, karena kadang Allah mengetes usaha kita, tapi percayalah jika belajar atau menuntut ilmu tentu akan mengasih manfaat, baik sekarang atau besok. Percayalah seperti kita yakin dengan adanya siang dan malam.

5. Setiap Orang Harus Mencurahkan Waktu Untuk Peningkatan Diri dengan Belajar

Rasulullah pernah mengatakan jika orang yang tidak merugi itu ialah yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, yang rugi adalah yang hari ini sama dari kemarin dan celaka jika hari ini lebih buruk dari kemarin. Sebagai seorang muslim sudah sepantasnyalah kita menyikapi hal ini dengan pikiran terbuka. Pastinya kita enggan tergolong orang-orang yang merugi apalagi yang celaka.

Oleh sebab itu, buatlah hari ini menjadi lebih baik dengan selalu meningkatkan kualitas diri. Belajar ialah salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas diri. Baik itu dari segi keilmuan ataupun kemampuan. Orang yang selalu belajar pasti tahu banyak tentang apa yang belum dipelajarinya sehingga muncul hasrat yang kuat untuk terus meng-upgrade pengetahuannya.

Jangan buat otak anda stop dari kegiatan belajar jika tidak mau kemampuannya menurun. Teruslah menempanya dengan mengoptimalkan penggunaannya dalam aktivitas belajar. Ibarat kata, otak kita itu ibarat pedang dan belajar merupakan proses mempertajamnya. Maka dengan sering diasah pedang itu, pastinya membuat semakin tajam.

6. Belajar Mempunyai Power Untuk Mengubah Kita Menjadi Orang Sukses

Hampir semua orang sukses pastinya pernah menjumpai kegagalan. Akan tetapi, mereka tak menyerah dan terus berulang-ulang mencoba. Tak banyak keberhasilan yang dapat diaraih secara praktis. Salah satu langkah menggapai dan mencicipi kesuksesan adalah dengan belajar dari pengalaman dan belajar memperbaiki kekurangan yang ada.

Tampak jelas bukan bahwa cara yang digunakan untuk sebuah keberhasilan tiada lain adalah dengan belajar, belajar, dan belajar. Maksudnya belajar itu mempunyai kekuatan yang efektif dalam menyajikan kesuksesan untuk kita nikmati. Jadi jika rasa lelah yang menghambat anda dalam belajar, maka cukup percaya saja jika suatu waktu usaha ini akan menjadikan kesuksesan untuk anda.

Konteks kesuksesan ini pastinya tidak dimaknai hanya dalam kekayaan saja. Kesuksesan di sini bermakna umum seperti Halanya dalam bidang akademik, hubungan sosial, keyakinan, dan kesuksesan-kesuksesan yang lainnya seperti sukses dalam membuat resensi novel 5 cm.

Senin, 30 Maret 2020

Faktor-Faktor Makro yang Menyebabkan Anak Malas Belajar

Faktor-Faktor Makro yang Menyebabkan Anak Malas Belajar

Nama Penulis : Prof. Sarlito Wirawan Sarwono
Guru Besar Fakultas Psikologi UI
Tanggal: 3 Juni 2003
Topik: Mengatasi Malas Belajar Pada anak

Bulan-bulan tertentu menjelang Ebtanas dan UMPTN, setiap tahun, adalah musimnya orangtua mengkonsultasikan anak-anaknya untuk tes bakat pada psikolog. Persoalan orangtua (belum tentu persoalan anak juga) adalah bahwa anaknya, walaupun sudah kelas 3 SMU, belum jelas mau memilih jurusan apa di perguruan tinggi. Karena takut bahwa anaknya gagal di tengah jalan, maka orangtua pun mengkonsultasikan anaknya kepada psikolog.

Sementara itu, dari pengamatan saya di ruang praktek, di pihak anaknya sendiri kurang nampak ada urgensi pada permasalahan yang sedang dihadapinya. Rata-rata anak memang ingin lulus UMPTN di Universitas-universitas favorit (UI, ITB), tetapi tidak terbayangkan betapa ketatnya persaingan yang harus dihadapinya1. Kalau tidak lulus UMPTN, pilihan untuk PTS (Perguruan Tinggi Swasta) masih banyak. Kalau tidak diterima di Trisakti atau Atmajaya, masih banyak PTS yang lain. Bagi yang orangtuanya mampu, kuliah di luar negeri2 bahkan lebih banyak lagi peluangnya.

Tidak adanya perasaan urgensi (kegawatan) lebih nampak lagi pada hampir-hampir tidak adanya persiapan yang serius. Kebanyakan anak tidak mempunyai kebiasaan belajar yang teratur, tidak mempunyai catatan pelajaran yang lengkap, tidak membuat PR, sering membolos (dari sekolah maupun dari les), seringkali lebih mengharapkan bocoran soal ulangan/ujian atau menyontek untuk mendapat nilai yang bagus.

Di sisi lain, cita-cita mereka (yang karena kurang baiknya hubungan anak-orangtua, sering dianggap tidak jelas) adalah sekolah bisnis (MBA). Dalam bayangan mereka, MBA berarti menjadi direktur atau manajer, kerja di kantor yang mentereng, memakai dasi atau blazer dan pergi-pulang kantor mengendarai mobil sendiri. Hampir-hampir tidak terbayangkan oleh mereka proses panjang yang harus dilakukan dari jenjang yang paling bawah untuk mencapai posisi manajer atau direktur tsb.

Sikap “jalan pintas” ini bukan hanya menyebabkan motivasi belajar yang sangat kurang, melainkan juga menyebabkan timbulnya gaya hidup yang mau banyak senang, tetapi sedikit usaha, untuk masa sepanjang hidup mereka. Dengan perkataan lain, anak-anak ini selamanya akan hidup di alam mimpi yang sangat rawan frustrasi dan akibat dari frustrasi ini bisa timbul banyak masalah lain3.
Teori Brofenbrenner
Untuk memahami mengapa anak-anak bersikap jalan pintas sehingga malas belajar (banyak yang sejak SD), dan untuk membantu orangtua mencari cara pencegahan serta jalan keluarnya, saya mengajak anda sekalian untuk mengkaji sebuah teori yang dikemukakan oleh Brofenbrenner4.
Teori Brofenbrenner yang berparadigma lingkungan (ekologi) ini menyatakan bahwa perilaku seseorang (termasuk perilaku malas belajar pada anak) tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan dampak dari interaksi orang yang bersangkutan dengan lingkungan di luarnya.

Adapun lingkungan di luar diri orang (dalam makalah ini selanjutnya akan difokuskan pada anak atau siswa SD-SLTA) oleh Brofenbrenner di bagi dalam beberapa lingkaran yang berlapis-lapis (lihat diagram**):
1. Lingkaran pertama adalah yang paling dekat dengan pribadi anak, yaitu lingkaran sistem mikro yang terdiri dari keluarga, sekolah, guru, tempat penitipan anak, teman bermain, tetangga, rumah, tempat bermain dan sebagainya yang sehari-hari ditemui oleh anak.

2. Lingkaran kedua adalah interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro (hubungan orangtua-guru, orangtua-teman, antar teman, guru-teman dsb.) yang dinamakannya sistem meso.

3. Di luar sistem mikro dan meso, ada lingkaran ketiga yang disebut sistem exo, yaitu lingkaran lebih luar lagi, yang tidak langsung menyentuh pribadi anak, akan tetapi masih besar pengaruhnya, seperti keluarga besar, polisi, POMG, dokter, koran, televisi dsb.

4. Akhirnya, lingkaran yang paling luar adalah sistem makro, yang terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat, budaya dsb.

Makalah ini, dengan mengikuti teori Brofenbrenner tersebut di atas, akan menguraikan bagaimana sistem makro yang terjadi di dunia dan Indonesia, melalui sistem-sistem lain yang lebih kecil (exo, meso dan mikro) berpengaruh pada kepribadian dan perilaku anak, termasuk perilaku malas belajar yang sedang kita biacarakan ini.

Sistem Makro
Kiranya hampir semua orangtua dan pendidik (dan semua orang juga) merasakan bahwa jaman sekarang ini terlalu banyak sekali perubahan. Para orangtua dari generasi “Tembang Kenangan” tidak bisa mengerti, apalagi menikmati, lagu-lagu favorit anak-anak mereka yang dibawakan oleh Dewa atau Westlife group. Bahkan generasi yang remaja di tahun 1980-an (generasi Stevie Wonder, Lionel Richie) juga sulit menerima lagu-lagu sekarang. Sulitnya, di kalangan generasi muda sendiri juga terdapat banyak versi musik (rap, reggae, house, salsa dsb.) yang masing-masing punya penggemar masing-masing. Di sisi lain musik-musik tradisional seperti keromcong dan gending Jawa, juga mengalami perubahan versi sehingga muncul musik campur-sari yang sekarang sedang populer di masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur, termasuk generasi mudanya. Sementara itu, musik dangdut, yang tadinya monopoli masyarakat lapis bawah, justru berkembang menjadi lebih universal dengan mulai memasuki dunia kelas menengah atas.

Perubahan-perubahan yang drastis dan sekaligus banyak ini juga terjadi pada bidang-bidang lain. Wayang orang dan wayang kulit yang saya gemari di masa kecil dan merupakan kegemaran juga dari ayah saya dan nenek-moyang saya, sekarang praktis tidak mempunyai lahan hidup lagi. Modifikasi dari kesenian tradisional (wayang kulit berbahasa Indonesia dan berdurasi hanya 2 jam diselingi musik dang dut, atau ketoprak humor), hanya bisa mengembangkan penggemarnya sendiri tanpa bisa mengangkat kembali kesenian tradisional sebagai mana bentuk aslinya.

Dalam setiap sektor kehidupan yang lain pun terdapat perubahan yang cepat. Karena itu jangan heran jika istilah-istilah “prokem” di jaman tahun 1980-an sudah tidak dimengerti lagi oleh anak-anak “gaul” angkatan 1990-an yang punya gaya bahasa “funky” tersendiri. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi perkembangannya adalah yang paling cepat. Anak SD sekarang sudah terampil menggunakan komputer, sedangkan eyang-eyang mereka menggunakan HP saja masih sering salah pencet. Video Betamax yang sangat modern di tahun 1980-an, sekarang sudah menjadi barang musium dengan adanya VCD (Video Digital Disc) dan yang terbaru DVD (Digital Video Disc; yang sebentar lagi pasti akan usang juga).

Dampak dari perubahan cepat ini sangat dahsyat sekali. Jika dalam bidang sosial budaya kita hanya mengamati kekacauan yang sulit dimengerti, dalam politik, perkembangan dan perubahan yang teramat sangat cepat ini telah meruntuhkan beberapa negara (Rusia, Yugoslavia), setidak-tidaknya telah menimbulkan banyak konflik yang menggoyangkan stabilitas dalam negeri dan menelan banyak korban harta dan jiwa (seperti yang sedang terjadi di Indonesia).

Para ilmuwan, setelah menganilis situasi yang dahsyat di seluruh dunia tsb. di atas, menyimpulkan bahwa saat ini kita sedang memasuki era Postmodernism (disingkat: Posmo)5 . Menurut para pemikir Posmo, jaman sekarang kira-kira sama dahsyatnya dengan jaman revolusi industri (ditemukannya mesin uap, listrik, mesiu dsb.) di akhir abad XIX yang juga berdampak berbagai peperangan, revolusi (perancis, Rusia), depresi ekonomi, kemerdekaan berbagai negara kolonial, penyakit menular dsb. yang kemudian kita kenal sebagai jaman modern. Perbedaan antara jaman modern dengan jaman sebelumnya adalah bahwa kendali kekuasaan (dalam bidang sosial, budaya, ekonomi dan politik) beralih ke tangan-tangan pemilik modal, pekerja, pemikir dsb., dari penguasa sebelumnya yaitu para raja, bangsawan, tuan tanah dsb. Dalam bidang musik misalnya, supremasi Beethoven sudah diambil alih oleh Elvis Presley, sedangkan kekuasaan Paus di Roma sudah tersaingi oleh berbagai versi agama Kristen lain yang tersebar di seluruh dunia (termasuk versi Katolik Roma di Philipina, misalnya). Di Jawa, misalnya, pusat kebudayaan di Kraton Mataram6, segera beralih ke Ismail Marzuki dan Chaeril Anwar setelah revolusi kemerdekaan. Dalam politik, ideologi yang berdasarkan feodalisme beralih ke ideologi komunisme (revolusi Rusia) atau liberalisme (revolusi kemerdekaan Amerika Serikat). Tetapi di zaman tradisional maupun di zaman modern, masih terasa adanya pusat-pusat kekuasaan, yang oleh manusia (dari sudut pandang psikologi) sangat diperlukan sebagai patokan atau pedoman hidup, sebagai tolok ukur untuk menilai mana yang benar atau salah, baik atau buruk, indah atau jelek.

Di dalam politik, misalnya, sampai dengan awal tahun 1990-an masih ada dua kekuatan utama di dunia (super powers) yaitu blok Barat (AS dan Eropa Barat) dan blok Timur. Upaya negara-negara dunia ke-3 untuk membangun KTT Non-Blok tidak banyak artinya, karena anggota-anggotanya tetap saja terpecah antara yang condong ke Blok Barat dan Blok Timur.

Tetapi di jaman Posmo ini, tidak ada lagi pusat-pusat kekuasaan seperti itu. Tidak ada tokoh, aliran, partai politik, ideologi, dan sebagainya yang mampu menonjol atau dominan dalam waktu yang cukup lama. Semua orang, aliran, ideologi dsb. bisa bisa timbul-tenggelam setiap saat. Bahkan agama pun, yang merupakan pranata yang paling konservatif, berubah-ubah dengan cepat sekali dengan timbul-tenggelamnya berbagai aliran, sekte dan bahkan agama-agama baru. Maka dapat dimengerti bahwa masyarakat awam di lapis bawah akan terperangkap dalam kebingungan-kebingungan karena hampir tidak ada tolok ukur yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari.

Sistem Exo
Pengaruh Posmo pada sistem exo dapat dilihat dan dirasakan dengan perubahan drastis dalam berbagai pranata sosial, politik dan ekonomi. Di Indonesia kita dapat menyimaknya dalam berbagai gejala seperti berubahnya fungsi Polri dari aparat pertahanan dan keamanan menjadi fungsi keamanan, ketertiban dan penegakkan hukum (karena itu Polri keluar dari ABRI). Dalam bidang perekonomian, pemerintah kehilangan kendalinya terhadap sistem moneter, karena begitu banyaknya yang bisa ikut bermain dalam sistem moneter, sehingga nilai valuta asing menjadi sangat fluktuatif. Dalam bidang pendidikan, sistem pendidikan nasional, yang tadinya seragam untuk seluruh Indonesia, makin bervariasi dengan banyaknya sekolah yang berorientasi pada bermacam-macam agama, sekolah yang bekerja sama dengan luar negeri, sekolah-sekolah alternatif yang dikelola LSM dan sebagainya, sementara di tingkat perguruan tinggi berkembang terus-menerus berbagai gelar baru (bahkan ada gelar-gelar palsu) dan peraturan-peraturan Depdiknas pun berubah-ubah setiap saat.

Di bidang media massa dan sarana komunikasi dan perhubungan, terdapat makin banyak alternatif. Jika di tahun 1960-an hanya ada radio dan telpon yang diputar dengan tangan dan hubungan ke luar Jawa sangat langka dan lama, sekarang sudah tersedia berbagai alternatif seperti televisi fax (dari satu stasiun saja di tahun 1963, menjadi puluhan stasiun dengan sarana satelit), HP, internet, fax, bus antar propinsi (dari Banda Aceh sampai Kupang), pesawat udara (sehingga Jakarta-Jayapura hanya beberapa jam saja) dsb., sehingga hampir tidak ada lagi daerah yang masih terisolir seperti Kabupaten Lebak di zaman Max Havelaar.

Dalam bidang kehidupan berkeluarga, sistem kekerabatan (keluarga besar) sudah makin ditinggalkan orang dan beralih ke pada sistem keluarga inti. Bahkan akhir-akhir ini sudah banyak orang yang memilih untuk tidak menikah (single family) atau menjadi orangtua tunggal (single parent family). Rata-rata usia menikah makin meningkat (di kalangan menengah-ke atas sudah mencapai 26 tahun dan 30 tahun bagi wanita dan pria). Psangan nikah pun ditentukan sendiri oleh anak, bukan orangtua. Upacara-upacara perkawinan masih dilakukan secara tradisional, tetapi hanya simbolik saja, karena upacara-upacara itu sama sekali tidak mencerminkan kehidupan yang sesungguhnya dari pasangan yang bersangkutan (uoacaranya berbahasa Jawa, padahal pengantin sama sekali tidak mengerti bahasa Jawa, bahkan sangat boleh jadi psangan sudah berhubungan seks jauh sebelum upacara adat yang disakralkan itu).

Sistem Meso dan Mikro
Yang dimaksud dengan sistem Mikro adalah orang-orang yang terdekat dengan anak dan setiap hari berhubungan dengan anak (ayah-ibu, kakak-adik, oom, tante, opa, pembantu, supir, teman sekolah, guru dsb.), maupun tempat-tempat di mana anak sehari-hari berada (rumah, lingkungan tetangga, kebun, sekolah, kota dsb.). Interaksi antara unsur-unsur dalam sistem Mikro tersebut dinamakan sistem Meso.

Sehubungan dengan berkembangnya Posmo (yang oleh Alvin Toffler dinamakan “The Third Wave” QUOTATION), maka sistem Mikro dan Meso anak juga akan berubah drastis. Orangtua, guru, guru ngaji, orangtuanya teman-teman, apalagi televisi, tidak lagi satu bahasa dan seia-sekata dalam mendidik anak-anak. Di masa lalu, setiap ucapan orangtua hampir selalu konsisten dengan arahan guru di sekolah atau omongan orang-orang di surau atau di pasar. Tetapi sekarang apa yang dikatakan orangtua sangat berbeda dengan yang ditayangkan di TV, atau dengan omongan orangtuanya teman, atau nasihat ibu guru. Bahkan antara ayah dan ibu saja sering tidak sepaham, karena ibu-ibu jaman sekarang sudah sadar jender, punya penghasilan sendiri (bahkan kadang-kadang lebih besar dari suaminya), jadi merasa berhak juga untuk memutuskan dalam lingkungan rumah tangga.

Buat orangtua sendiri, yang dirasakan adalah bahwa anak tidak lagi hanya mendengarkan orangtua sendiri. Anak makin sering membantah, bahkan melawan orangtua, karena ia melihat banyak contoh di luar yang tidak sama dengan apa yang dikatakan orangtuanya. Jika anak dilarang menyetir pad usia 14 tahun, ia segera bisa menunjuk anak lain yang diijinkan nyetir sejak SD; jika anak disuruh sholat, ia segera mengacu pada Pak De-nya yang tidak sholat. jika ia dilarang pulang malam, ia malah pulang pagi, karena semua temannya mengajaknya ke disko atau ke kafe.

Anak
Sementara itu, anak sendiri tetap saja anak seperti sejak jaman dahulu kala. Semasa kecil anak-anak membentuk kepribadiannya melalui masukan dari lingkungan primernya (keluarga). Sampai usia 5-8 tahun ia masih menerima masukan-masukan (tahap formative). Menjelang remaja (usia ABG) ia mulai memberontak dan mencari jati dirinya dan akan makin menajam ketika ia remaja (makin sulit diatur) sehingga masa ini sering dinamakan masa pancaroba.
Masa pancaroba ini pada hakikatnya merupakan tahap akhir sebelum anak memasuki usia dewasa yang matang dan bertanggung jawab, karena ia sudah mengetahui tolok ukur yang harus diikuti dan mampu menetapkan sendiri mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk dan mana yang indah dan jelek.

Tetapi masa pancaroba dalam diri individu itu akan lebih sulit mencapai kemantapan dan kematangan jika kondisi di dunia luar juga pancaroba terus, seperti halnya di era Posmo ini. Dampaknya adalah timbulnya generasi remaja dan dewasa muda yang terus berpancaroba sampai dewasa. Generasi inilah yang saya temui di ruang praktek dengan kebingungan memilih jurusan yang mana, bimbang karena pacarnya tidak disetujui orangtua, kehabisan akal karena hamil di luar nikah atau karena tidak bisa keluar dari kebiasaan menyalah gunakan Narkoba.

Perubahan Paradigma
Menghadapi era Posmo yang serba tidak jelas ini, kesalahan paling besar, tetapi yang justru paling sering dilakukan, adalah mendidik anak berdasarkan tradisi lama dan tanpa alternatif. Artinya, semua yang diajarkan oleh orangtua mutlak harus diikuti, orangtua penya hak dan kekuasaan atas anak, anak harus berbakti kepada orangtua dsb. Di sekolah para guru pun masih sering berpatokan pada pepatah “guru adalah digugu/dipatuhi dan ditiru), sehingga benar atau salah guru harus selaludipatuhi. Demikian pula dalam bidang agama, bahkan politik (masing-masing elit politik dan kelompok mahasiswa merasa dialah yang paling benar).

Jika dihadapakan terus-menerus dengan pendekatan otoriiter, maka anak-anak yang sedangserba kebingungan akan makin bingung sehingga makin tidak percaya diri, atau justru makin memberontak dan menjadi pelanggar hukum. Karena itu dalam era sistem Makro yang diwaranai oleh Posmo ini, pendidikan pada anak harus berorientasi pada pengembangan kemampuan anak untuk membuat penilaian dan keputusan (judgement) sendiri secara tepat dan cepat. Dengan perkataan lain, anak harus dididik untuk menilai sendiri yang mana yang benar/salah, baik/tidak baik atau indah/jelek dan atas dasar itu ia memutuskan perbuatan mana yang terbaik untuk dirinya sendiri. Anak yang dididik untuk selalu mentaati perintah orangtua, dalam pemberrontakannya akan mencari orang lain atau pihak lain (dalam sistem Mikro-nya) yang bisa dijadikannya acuan baru dan selanjutnya ia akan mentaati saja ajakan atau arahan orang lain itu (yang sangat boleh jadi justru menjerumuskan).

Penutup
Harus diakui bahwa menjadi orangtua atau pendidik jaman sekarang sangat sulit. Pertama, karena kebanyakan orantua belum pernah mengalami situasi seperti sekarang ini di masa kecilnya; kedua, karena mereka cenderung meniru saja cara-cara mendidik yang dilakukan oleh orangtua atau senior merekasendiri di masa lalu; dan yang ketiga, memang sangat sulit untuk mengubah pola pikir seseorang dari pola pikir tradisional dan pola pikir alternatif sesuai dengan tuntutan jaman sekarang.

Tetapi bagaimana pun berat dan sulitnya, upaya itu harus dilakukan, karena kalau tidak maka kita akan menjerumuskan generasi muda kita dalam kesulitan yang lebih besar.

Catatan kaki

* Dibacakan pada seminar “Mengatasi Malas Belajar Pada anak”, diselenggarakan oleh POMDA FPsi UI, Jakarta 5 Mei 2001.

Minggu, 29 Maret 2020

WABAH ZAMAN SAHABAT UMAR BIN KHATAB RA

BELAKANGAN ini warga dunia sedang menghadapi wabah virus mematikan, virus Corona (yang secara resmi dinamakan WHO: corona virus disease 2019 atau COVID-19). Berdasarkan data resmi per hari ini Covid-19 telah menjangkiti lebih dari 145 ribu orang di 121 negara dengan jumlah kematian melebihi 5000 jiwa.

Sejarah abad ke-20 mencatat telah beberapa kali dunia menghadapi virus mematikan, diantaranya yang paling dikenal adalah virus Ebola asal Kongo (tahun 1976) yang mematikan 14.000 jiwa lebih. Virus H1N1 asal Amerika dan Meksiko (tahun 2009) yang mematikan lebih dari 123000 jiwa. Virus MERS asal Saudi Arabia (tahun 2012) yang mematikan kurang dari 900 orang. Namun wabah yang paling mematikan mungkin adalah Spanish flu atau Virus H1N1 tahun 1918 (Jan 1918- Dec 1920) yang diperkirakan menjangkiti 500 juta jiwa (atau 27% dari populasi dunia masa itu yang berjumlah 1.9 milyar jiwa) dan diperkirakan membunuh setidaknya 17 juta hingga 50 juta jiwa, namun ada pula yang memperkirakan hingga 100 juta jiwa.

Nama Spanish sendiri dinisbatkan ke Spanyol bukan karena ia merupakan asal muasal wabah ini melainkan karena Raja Alfonso 13 terjangkit dan sakit keras karena penyakit ini (Wikipedia).

Dampak dari virus Covid-19 ini pun bervariasi diantara orang-orang yang terjangkitinya, dimulai dari gejala flu biasa hingga gejala batuk kering, demam tinggi, dan kesulitan bernafas. Sebagian orang akan mengalami kondisi yang lebih parah dan mengancam jiwa seperti kegagalan ginjal akut, kerusakan liver, dan pneumonia (kegagalan paru-paru) (Sumber: National Geographic).

Menghadapi kasus ini, negara asal munculnya Covid 19 menerapkan kebijakan ketat antisipasi virus dengan melarang seluruh aktivitas sosial, membangun rumah sakit darurat dengan kapasitas 1000 pasien dalam seminggu.

Langkah cepat China ini diikuti oleh negara tetangga seperti Jepang, dan Korsel. Alhasil meskipun sedikit terlambat pada mulanya, penyebaran virus sudah melambat dan kondisi mulai terkendali. Lain ceritanya dengan Italia, negeri anggota Uni Eropa ini, sebaliknya sangat terlambat dalam antisipasi terhadap penyakit ini.

Dari 3 kasus tercapat pada 15 Februari 2020, virus Corona melonjak menjadi 1.128 kasus pada 29 Februari 2020, dan per hari ini 14 Maret 2020 telah mencapai 17.660 jiwa dengan lebih dari 1.200 jiwa meninggal dunia.  Kasus negeri Iran hampir sama, dari 2 kasus pada 19 Februari penderita melonjak menjadi 11.000 kasus lebih per hari ini dengan lebih dari 500 kematian. (Sumber: Worldometers)

Melihat pengalaman negara-negara ini seharusnya Indonesia baik pemerintah maupun kalangan terdidik memperingatkan bahaya yang mengancam dari wabah massal Covid 19 . Namun sejauh yang diperhatikan masih banyak keterlambatan dalam mengambil kebijakan maupun kesalahan dalam mensikapi keadaan genting ini.

Wabah Thoun dan Virus Corona

Sebagian dai-dai ada yang mengambil dalil Surat At Taubah ayat 51 untuk membenarkan sikap menerima apa adanya dan berpasrah:

 قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚوَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal.”

Ayat ini adalah haqq dan benar, namun penggunaannya tidaklah tepat apabila dimaksudkan agar umat Islam tidak perlu bekerja keras merencanakan langkah-langkah penting. Terutama untuk menghambat tersebarnya virus corona sementara hanya bertenang diri, berdoa, dan menerima apa adanya musibah yang bakal menimpa mereka.

Sebaliknya, Khalifah Kedua umat Islam Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah dihadapkan pada kasus wabah menular ketika ia sedang berkunjung ke Suriah.

Apa sikap Khalifah Umar? Beliau tidak berpasrah diri dan melanjutkan rencananya mengunjungi daerah terjangkiti wabah tersebut seraya menyerukan sahabat yang lain untuk berdoa menerima yang mungkin akan menimpa mereka. Sebaliknya, Khalifah Umar mengambil keputusan tegas membatalkan rencana kunjungan tersebut, yang membuat banyak sahabat yang protes atas sikap umar itu. Riwayat lengkapnya sebagai berikut:

Ketika Umar pergi ke Syam, setelah sampai di Saragh, pimpinan tentara datang menyambutnya. Antara lain terdapat Abu Ubaidah bin Jarrah dan para sahabat yang lain. Mereka mengabarkan kepada Umar bahwa wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Ibnu Abbas berkata; ‘Umar berkata; ‘Panggil ke sini para pendahulu dari orang-orang Muhajirin! ‘

Maka kupanggil mereka, lalu Umar bermusyawarah dengan mereka. Kata Umar; ‘Wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Bagaimana pendapat kalian? ‘ Mereka berbeda pendapat. Sebagian mengatakan kepada Umar; ‘Anda telah keluar untuk suatu urusan penting. Karena itu kami berpendapat, tidak selayaknya Anda akan pulang begitu saja.’

Sebagian lain mengatakan; ‘Anda datang membawa rombongan besar yang di sana terdapat para sahabat Rasulullah Saw. Kami tidak sependapat jika Anda menghadapkan mereka kepada wabah penyakit ini.’ Umar berkata: ‘Pergilah kalian dari sini! ‘ Kemudian ‘Umar berkata lagi: ‘Panggil ke sini orang-orang Anshar! ‘

Maka aku memanggil mereka, lalu Umar bermusyawarah dengan mereka. Ternyata kebijaksanaan mereka sama dengan orang-orang Muhajirin. Mereka berbeda pendapat seperti orang-orang Muhajirin. Maka kata Umar; ‘Pergilah kalian dari sini! ‘ Kata Umar selanjutnya; ‘Panggil ke sini pemimpin-pemimpin Quraisy yang hijrah sebelum penaklukan Makkah!’ Maka aku (Ibnu Abbas) memanggil mereka.

Ternyata mereka semuanya sependapat, tidak ada perbedaan. Kata mereka; ‘Kami berpendapat, sebaiknya Anda pulang saja kembali bersama rombongan Anda dan jangan menghadapkan mereka kepada wabah ini. Lalu Umar menyerukan kepada rombongannya “Besok pagi-pagi aku akan kembali pulang. Karena itu bersiap-siaplah kalian!”

Kemudian Abu ‘Ubaidah bin Jarrah bertanya; “Apakah kita hendak lari dari takdir Allah?” Umar menjawab: ‘Mengapa kamu bertanya demikian hai Abu ‘Ubaidah?

Agaknya Umar tidak mau berdebat dengannya. Beliau menjawab: “Ya, kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah. Bagaimana pendapatmu, seandainya engkau mempunyai seekor unta, lalu engkau turun ke lembah yang mempunyai dua sisi. Yang satu subur dan yang lain tandus. Bukanlah jika engkau menggembalakannya di tempat yang subur, engkau menggembala dengan takdir Allah juga, dan jika engkau menggembala di tempat tandus engkau menggembala dengan takdir Allah?”

Di tengah perbincangan Umar dengan Abu Ubaidah tiba-tiba datang sahabat Nabi bernama Abdurrahman bin ‘Auf yang belum hadir karena suatu urusan. Lalu dia berkata: “Aku mengerti masalah ini. Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri.”

Mendengar itu, akhirya Umar mengucapkan puji syukur kepada Allah, setelah itu beliau pergi. Di dalam Hadis Ma’mar ada tambahan Umar berkata: “Bukankah jika kamu menggembalakan unta di tempat yang tandus dengan meninggalkan tempat yang subur berarti kamu telah membuatnya lemah?”

Ketika itu Abu Ubaidah menjawab: “Ya.” Kemudian Umar berkata: maka berangkatlah! Maka Abu Ubaidah berangkat hingga sampai di Madinah, lalu dia berkata: “Insyaallah ini adalah tempat tinggal.” (Shahih Muslim No. 4114).

Begitupula kisah dari Sahabat Amru bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu.

Ketika mewabahnya penyakit bangkitlah sahabat Abu Ubaidah bin AlJarrah ra. diantara umat lalu berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya penyakit ini adalah rahmat dari Tuhan kalian dan panggilan dari Nabi kalian, juga (menyebabkan) kematian orang-orang sholih sebelum kalian, dan Abu Ubaidah memohon kepada Allah swt agar mendapatkan bagian penyakit itu untuknya, sehingga terjangkitlah beliau dan wafatlah ia. Lalu Muadz bin Jabal ra. menggantikannya memimpin umat, lalu ia bersabda kepada khalayak dan berkata sebagaimana Abu Ubaidah ra. berkata namun ia menambahkan dengan permohonan agar keluarganya pun mendapatkan penyakit tersebut, maka terjangkitilah putranya bernama Abdurrahman dan meninggallah, maka beliaupun berdoa bagi dirinya maka terjangkitilah ia seraya berkata: “Dengan ini, aku tidak mencintai sedikitpun bagianku di dunia.” lalu wafatlah beliau, dan kemudian digantikan oleh Amru bin Al-Ash ra., ketika menjadi pemimpin menggantikan pendahulunya namun berbeda pandangan dengan mereka, beliau berseru kepada khalayak umat dengan mengatakan:

أيها الناسإن هذا الوجع إذا وقع فإنما يشتعل اشتعال النار فتحصّنوا منه في الجبال

“Wahai manusia, sesungguhnya penyakit ini apabila menimpa maka ia akan bekerja bagaikan bara api maka bentengilah dari penyakit ini dengan berlari ke gunung-gunung.” (Diriwayatkan dari Imam Ibn Hajar Al-Asqalani dalam kitab Badzal Maa’un hal 163)

Sebagian sahabat radhiyallahu ‘anhu yang lain memang ada yang pasrah tidak menyarankan tindakan apapun namun hal ini bukanlah berangkat dari perintah wahyu. Ketika sahabat yang terkemuka seperti Umar bin Khattab ra. dan Amr bin Al-Ash ra. menganjurkan sesuatu yang lebih tepat maka para sahabat yang lain dapat memahami dan mengikuti petunjuk dan arahan yang lebih selamat bagi ummat pada waktu itu.

Tidaklah mengherankan bahwa beberapa pemerintah negeri Timur Tengah bahkan mengambil tindakan yang terbilang sangat janggal seperti misalnya Saudi Arabia yang menghentikan ibadah umroh sebagai langkah pencegahan, Kuwait yang sampai menghentikan sholat berjamaah dan memerintahkan muadzzin untuk mengumandangkan adzan Assholat fii buyuutikum, dan Mesir yang baru-baru ini membatasi waktu sholat jum’at. Sementara Qatar belum sampai menganjurkan sholat di rumah, namun sudah mengetatkan waktu ibadah sholat lima waktuagar jeda antara adzan dan sholat hanya 5 menit dan setelah sholat fardhu masjid akan langsung ditutup. Sedangkan untuk sholat jumat, waktu sholat jumat dari adzan dan khutbah diperpendek hingga hanya 10 menit saja.

Sains modern dalam bidang kesehatan masyarakat, khususnya bidang ilmu epidemiologi, mensyaratkan apabila suatu wilayah terjangkit maka haruslah dilakukan karantina terhadap para penderita, sementara itu untuk mencegah agar wabah tidak meluas maka prosedur yang ditempuh adalah penghentian kegiatan-kegiatan umum yang melibatkan massa agar kontak sosial dapat diperkecil sebisa mungkin. Tentu sebagai seorang muslim, tawakkal kepada Allah tetap menjadi pegangan hidup namun bukan berarti muslim harus berpasrah menerima apa adanya sementara belum menempuh daya upaya ikhtiar yang maksimal sesuai dengan ilmu pengetahuan yang ada. wallahu a’lam. ACE, Doha, 14 Maret 2020.*

PhD Student, MSc – Public Health, University of Sheffield, Sheffield, United Kingdom (2020), dan MA – Contemporary Muslim Thought and Societies Hamad bin Khalifa University, Qatar (2015)

 

Sabtu, 28 Maret 2020

Mematahkan Mitos NEM, IPK dan Ranking Sebagai Faktor Kesuksesan

Ternyata NEM, IPK dan ranking merupakan tiga hal yang tidak terlalu berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang. Saya mengarungi pendidikan selama 22 tahun (1 tahun TK, 6 tahun SD, 6 tahun SMP-SMA, 4 tahun S1, 5 tahun S2 & S3) 
 
Kemudian saya mengajar selama 15 tahun di universitas di 3 negara maju (AS, Korsel, Australia) dan juga di tanah air.  Saya menjadi saksi betapa tidak relevannya ketiga konsep di atas terhadap kesuksesan. 
Ternyata sinyalemen saya ini didukung oleh riset yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley yang memetakan 100 faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan seseorang berdasarkan survey terhadap 733 millioner di US.
 
Hasil penelitiannya ternyata nilai yang baik (yakni NEM, IPK dan rangking) hanyalah faktor sukses urutan ke 30, IQ pada urutan ke-21 dan bersekolah di universitas/sekolah favorit di urutan ke-23. 
 
Jadi saya ingin mengatakan secara sederhana bahwa bila nilai raport anak Anda rendah  tidak menjadi masalah. NEM anak anda tidak begitu besar? Paling banter akibatnya tidak bisa masuk sekolah favorit, yang menurut hasil riset, tidak terlalu pengaruh terhadap kesuksesan.
Lalu apa faktor yang menentukan kesuksesan seseorang itu ? Menurut riset Stanley berikut ini adalah sepuluh faktor teratas yang akan mempengaruhi kesuksesan:
 
1. Kejujuran (Being honest with all people)
 
2. Disiplin keras (Being well-disciplined)
 
3. Mudah bergaul (Getting along with people)
 
4. Dukungan pendamping (Having a supportive spouse)
 
5. Kerja keras (Working harder than most people)
 
6. Kecintaan pada yang dikerjakan (Loving my career/business)
 
7. Kepemimpinan (Having strong leadership qualities)
 
8. Kepribadian kompetitif (Having a very competitive spirit/personality)
 
9. Hidup teratur (Being very well-organized)
 
10. Kemampuan menjual ide (Having an ability to sell my ideas/products)
 
 
Hampir kesemua faktor ini tidak terjangkau dengan NEM dan IPK.  Dalam kurikulum semua ini kita kategorikan softskill. Biasanya peserta didik memperoleh 10 faktor penentu kesuksesan tersebut justeru dari kegiatan ekstra-kurikuler.[]

LAWAN CORONA DENGAN SEMANGAT

*Lawan Corona Dengan Semangat*

Orang yg kena Covid 19 rata² orang yg ketakutan sehingga dia drop dan imun tidak keluar dan disitulah covid 19 masuk menyerang.

Ambil contoh anak kecil sangat jarang sekali yg kena covid 19 di seluruh dunia. Hanya orang-orang dewasa yg imun nya turun gara² ketakutan, was-was, panik dan termakan berita berita hoax...!! 

Di daerah Wuhan sendiri saat ini sdh mulai normal kembali berkat peran media yg hanya memberitakan ttg orang² yang sudah sehat tanpa berita² kematian krn corona. 

Berita² penyemangat juga gencar untuk membalik pola pikir warga agar tetap optimis. Orang² yg optimis ini secara alami imun tubuhnya akan kuat.

Pesan penyemangat  penting  untuk membalik pola pikir warga agar ttp optimis. Orang² yg optimis ini secara alami imun tubuhnya 

Peran MENTAL di perlukan disini, selain cuci tangan dan social distancing dan . . .
berdoa . . .

HIKMAH ADANYA CORONA

SAAT ini dunia dihebohkan dengan wabah virus yang bernama corona, tepatnya corona virus disease 19 (covid 19). Keganasan virus jenis anyar ini telah merenggut 21.284 nyawa manusia dari 471.044 orang yang positif terinfeksi di 198 negara. Kabar baiknya ada 114.228 pasien yang dinyatakan sembuh. Untuk Indonesia tercatat ada 893 kasus positif terinfeksi, 78 meninggal, dan 35 orang sembuh. Kasus infeksi positif corona tersebar di 24 provinsi. Ini masih data sementara yang masih sangat mungkin akan terus bertambah. WHO sendiri sudah menetapkan wabah virus corona ini sebagai pandemi global.

Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah dan mengatasi virus corona ini, mulai dari sosialisasi pola hidup bersih dan sehat (PHBS), penggunaan masker bagi yang sakit, program rapid test, karantina individu (bagi yang memiliki gejala covid 19), hingga karantina kota dan negara (lockdown). Bahkan 70 negara  menutup akses penerbangannya untuk mencegah penyebaran virus yang penyebarannya sangat cepat itu. Meskipun begitu, jumlah kasus positif corona dan korban meninggal terus bertambah.

Di balik setiap musibah pasti ada hikmah yang bisa diambil. 

Mari anak anakku sekalian..

Mari bagi wawasan n perasaan selama klian d rumah dengan adanya wabah ini..???

Jumat, 27 Maret 2020

GEMAR MEMBACA SAAT LOCK DOWN

Buat temen-temen yang bosen #dirumahaja 
Yg hoby baca silahkan ada Ebook gratis nih temen2...
•Agama https://goo.gl/CbgPAs
•Ahmad Fuadi https://goo.gl/95rxmu
•Ahmad Tohari https://goo.gl/9u9agD
•Andrea Hirata https://goo.gl/dyz7ti
•Boy Candra https://goo.gl/TNynUy
•Buku Kiri (Komunis/Sosialis dll) https://goo.gl/PU4w4y
•Campuran https://goo.gl/aYSL9g
•Dee Lestari https://goo.gl/7JeRpX
•Emha Ainun Nadjib https://goo.gl/vyJxQ9
•Fiersa Besari https://goo.gl/DJmvjP
•Filsafat https://goo.gl/LtFxCv
•Frederick Engels https://goo.gl/vfTZoF
•Freemason https://goo.gl/DJJs7s
•G.V. Plekhanov https://goo.gl/PkcVpN
•Harun Yahya https://goo.gl/Bv3THx
•Humaniora https://goo.gl/t4x51e
•Humor https://goo.gl/sy1Fkk
•Illuminati https://goo.gl/wPEYAf
•Joko Pinurbo https://goo.gl/61VUeG
•Konspirasi https://goo.gl/GqQs1t
•Lenin https://goo.gl/WuuGAw
•Marxisme https://goo.gl/sPXBEQ
•Novel https://goo.gl/6UczYs
•Novel Islami https://goo.gl/pUJH1C
•Novel Terjemahan https://goo.gl/cbWeNH
•Nurcholish Madjid https://goo.gl/oJcHVb
•Pidi Baiq https://goo.gl/QisLUL
•Politik https://goo.gl/GiVA4g
•Pramoedya Ananta Toer https://goo.gl/9G9p1B
•Raditya Dika https://goo.gl/iFWBXn
•Sapardi Joko Damono https://goo.gl/KSezay
•Soe Hoek Gie https://goo.gl/fS9CNv
•Tan Malaka https://goo.gl/VwGoZw
•Tere Liye https://goo.gl/txr5

Buat ngisi waktu 🔥🔥

5 TIPS BELAJAR DI RUMAH SAAT WABAH CORONA

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menekan penyebaran virus corona adalah dengan membatasi diri keluar rumah.

Beberapa pemerintah provinsi dan daerah telah membuat kebijakan untuk menutup sekolah selama 14 hari, terhitung sejak Senin (16/3). Dengan dikeluarkannya keputusan itu, praktis kegiatan belajar mengajar anak berpindah dari sekolah ke rumah.

Ya Moms, tidak bersekolah bukan berarti anak tidak belajar. Dinas Pendidikan terkait telah memastikan bahwa tiap sekolah akan melaksanakan program pembelajaran jarak jauh secara online.

Meski begitu, belajar di rumah bukannya tanpa tantangan. Dengan kondisi yang lebih fleksibel dan tidak ada guru di sekolah yang mengawasi, si kecil mungkin saja jadi malas-malasan mengerjakan tugasnya.

Nah, di waktu-waktu seperti ini, sebagai orang tua, Anda dituntut untuk lebih kreatif agar anak tetap semangat belajar di rumah. Yuk, coba lakukan 5 tips ini, Moms.

  1. Tetap lakukan aktivitas seperti biasa

Meski anak tidak berangkat ke sekolah, terapkanlah jadwal aktivitas seperti biasanya. Misalnya saja, dengan memastikan anak tetap bangun pagi, sarapan tepat waktu, pakai baju yang rapi, hingga punya waktu istirahat di siang hari.

Ya Moms, hal-hal tersebut bisa membuat anak lebih bersemangat menjalankan hari-harinya di rumah.

Saat sarapan, jangan lupa beri pengertian mengenai situasi terkini dan mengapa ia harus tetap belajar di rumah. Dengan begitu, si kecil akan lebih paham tentang tanggung jawabnya untuk tetap belajar meski di rumah.

2. Ciptakan ruang belajar yang kondusif

Suasana rumah yang berbeda dengan sekolah terkadang membuat anak mudah teralihkan sehingga proses belajar pun jadi tidak maksimal. Untuk itu, Anda harus memastikan anak merasa nyaman dan bisa fokus saat proses belajar di rumah berlangsung.

Saat anak mulai menunjukkan tanda-tanda bosan dan tidak fokus, ajak ia untuk rehat sejenak dan tanyakan cara belajar seperti apa ia sukai. Selain itu, tak ada salahnya juga, untuk menyajikan berbagai camilan sehat kesukaan anak agar ia tetap semangat belajar.

3. Buat jadwal seperti jam belajar di sekolah

Moms, Anda juga perlu membuat jadwal belajar anak agar si kecil lebih bisa bertanggung jawab. Misalnya, di jam berapa anak akan mulai belajar, istirahat siang, dan serta kapan waktu belajar berakhir.

Karena anak sedang tidak bisa bermain ke luar rumah, Anda sebaiknya juga sudah punya rencana bermain untuk si kecil agar ia tidak bosan, Moms.

4. Games

Menyiapkan permainan (bukan main games online ya Moms) merupakan salah satu cara efektif membuat anak tetap aktif dan mau belajar selama berada di rumah, apalagi untuk anak usia dini yang baru masuk sekolah.

5. Beri tugas

Tidak berangkat sekolah bukan berarti tidak belajar, jadi pastikan anak tetap melatih diri dengan banyak belajar. Salah satu cara agar anak mau belajar adalah memberinya tugas khusus. Berperanlah sebagai guru kelasnya untuk sementara.

Misalnya membaca materi dari halaman sekian hingga sekian. Beri waktu 30 menit misalnya, kemudian minta anak menjelaskan apa yang sudah ia baca. Apakah ada yang ingin ia tanyakan tentang materi yang ia baca.

Setelah itu, minta anak mengerjakan soal di buku pelajarannya. Atau Moms bisa mencarikan soal-soal terkait materi pelajaran yang ia pelajari saat ini di internet dan meminta anak menyelesaikannya, untuk kemudian dikoreksi dan dinilai. Jangan lupa memberi jeda istirahat agar anak tidak merasa tertekan.

Ada banyak cara membuat anak-anak merasa nyaman belajar di rumah Moms, pastikan dulu melakukan hal di atas.(*)